gambar via nytimes
gambar via freakingnews
gambar via commons.wikimedia.org
Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang sejarah pesawat hingga penggunaannya dalam sejarah kehidupan manusia. Tapi tahukah kita pengendalian lalu lintas penerbangan guna menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan. Bila kita melihat disekitar bandara pasti ada satu menara yang dilengkapi oleh radar. Anda benar ! itulah menara Air traffic controller (ATC). Mereka adalah “mata tambahan pilot. Kita tahu bahwa mendarat atau lepas landas merupakan saat-saat menegangkan dalam dunia penerbangan. hal itu pula yang pernah dialami penemu pertama pesawat yakni Wright bersaudara saat praktek penerbangan pertama yang disaksikan warga amerika. Saat itu salah satu penerbangan tewas saat pendaratan. Untunglah wright selamat saat kejadian itu. Kalau masa kritis dimana saat-saat mendarat dan lepas landas terlampaui dengan mulus, kita akan angkat topi pada pilot. Padahal ada petugas lain yang layak diberikan ucapan “terima kasih”. Mereka adalah petugas air traffic controller (ATC).
Meskipun tugasnya “hanya” memandu namun tanggung jawab petugas ATC termasuk besar. Petugas ATC ibarat “mata tambahan” bagi pilot. Bagaimanapun sudut pandang pilot di kokpit sangat terbatas. Sementara kecepatan pesawat terbang yang dikendalikan begitu tinggi. Maka, tanpa bantuan mereka, maut bisa saja datang menghampiri.
Tak hanya diawal atau akhir perjalanan, petugas ATC juga memandu pesawat saat terbang di angkasa. Peristiwa di Denver dapat menjadi contoh bagi kita betapa pentingnya peran ATC. Pada saat itu, Piper Cheyene melaporkan posisinya di ketinggian 7800 kaki. Namun petugas ATC saat itu sedang lalai dan tidak memberitahukan posisi tersebut kepada pesawat lain. Pada ketinggian yang sama sebuah pesawat Cessna-172 yang terbang berlawanan arah akhirnya bertabrakan dengan Piper Cheyene tersebut. Contoh lainnya adalah pesawat tempur Taiwan yang hampir saja menabrak (nearmiss) pesawat Trans Asia Airways saat keduanya terbang diatas pulau Penghu, Taiwan Barat. Jet tempur yang terbang formasi itu memotong lintasan jalur penerbangan sipil tepat di belakang ATR-72 milik Trans Asia. Jarak keduanya kurang lebih 300 meter. Menurut Civil Aeronautics of Taiwan, insiden tersebut diduga akibat kesalahan ATC militer dalam memahami data penerbangan yang disampaikan ATC sipil.
Bila melihat uraian diatas sangat jelas bahwa tanggung jawab petugas ATC tak kalah beratnya dibandingkan dengan pilot. Wajar bila jalan yang dilalui untuk menjadi petugas ATC itu sangat panjang dan berat. Seorang petugas ATC minimal harus memahami seluruh sistem dan prosedur bandara serta memiliki lisensi ATC dari bandara tempatnya melakukan on the job trainning. Banyak ujian yang harus dilalui oleh seorang petugas ATC.
Dari ruang kerjanya, petugas ATC mengontrol pesawat yang akan mendarat atau lepas landas satu demi satu. Ketika pesawat akan lepas landas, petugas ATC di ruang radar dan ruang kontrol mengawasi sambil membaca copy rencana penerbangan pesawat. Mereka meminta pesawat yang sedang antre untuk segera bersiap-siap. Pengawas lapangan mengarahkan pesawat menuju ke landasan terbang (proper runway). Kondisi bandara, seperti cuaca, kecepatan dan arah angin serta jarak pandang dibacakan untuk pilot.
Melalui radar, petugas ATC menuntun pilot melewati lajur antar hanggar, halaman naik-turun penumpang ke dalam dan keluar pesawat (apron), dan ujung lajur penerbangan pesawat. Kemudian petugas ATC di menara pengawas memberitahukan kepada enroute controller (petugas ATC yang memandu pesawat dari bandara asal sampai tiba di bandara tujuan , jumlahnya 2-3 orang) untuk mengambil alih mengarahkan pesawat. Kalau jalur yang dilalui sedang kosong (clear), petugas ATC akan mengarahkan pilot untuk masuk landasan (runway). Jika lapangan sedang dipergunakan, pilot harus memperlambat laju terbangnya. Ia akan mengontak menara pengawas kembali kalau sudah mendekati runway. Setelah pesawat berhasil terbang maka petugas ATC di bagian keberangkatan akan mengarahkan pesawat menuju ke tempat tujuan sambil membacakan arah dan ketinggian pesawat. Setiap tim mengendalikan setiap sumbu bandara bagi pesawat yang sedang mengudara. Misalnya tim A mengendalikan pesawat-pesawat yang berada di antara 30-100 mil di utara bandara dan terbang pada ketinggian (altitude) antara 6000 dan 18000 kaki, sedangkan tim B mengendalikan pesawat di belahan bumi yang lain dengan ketinggian yang berbeda.
Pada kasus mendarat, pesawat dipantau sampai titik akhir pendaratan. Sama seperti memandu pesawat yang lepas landas, petugas ATC akan menginformasikan pesawat yang akan masuk ke daerah kontrol, kondisi cuaca dan kecelakaan yang mungkin terjadi. Petugas yang ada di lapangan lalu mengarahkannya menuju taxiway (jalan dari apron menuju runway), untuk masuk ke pintu gerbang (gate) yang sudah ditentukan.
Kalau ada beberapa pesawat yang akan mendarah pada tempat, waktu dan ketinggian yang hampir sama maka petugas ATC dapat meminta salah satu pesawat untuk mengubah rencana penerbangannya. Begitu juga jika pilot tiba-tiba ingin mengubah rencana penerbangannya, tim ATC semula bisa menghubungi tim yang lain untuk menuntun pilot mendarat. Jika situasi sedang tidak memungkinkan misalnya karena cuaca buruk maka petugas ATC juga bisa menunda keberangkatan pesawat. Ini dilakukan semata-mata demi keselamatan awak dan penumpangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar